Monday 25 February 2013

Makhluk-makhluk bercahaya



Thomas Edison adalah seorang ilmuan terbesar di dunia. Sekitas seratus dua puluh tahun telah berlalu sejak ia menemukan bola lampu. Dalam masa ini, bola lampu telah menjadi bagian penting kehidupan manusia. Kini, jutaan bola lampu mungil bersama-sama menerangi kota-kota besar di seluruh dunia.
Penerangan menjadi suatu simbul penting bagi peradaban ini. Namun, ada sumber penerangan lain. Kita tentunya pernah menjumpai cahaya kecil yang menerangi kegelapan malam hari. Cahayanya begitu kuat dan terang, namun sumber penerangan ini sangatlah berbeda dengan bola lampu. Bahkan ia sama sekali bukamlah benda, melainkan makhluk hidup. Ia adalah seekor kunang-kunang. Makhluk kecil ini menghasilkan cahaya dalam tubuhnya meski ia tidak memiliki bola lampu. Meskipun tidak menggunakan listrik, ia memiliki teknologi yang jauh lebih cepat dan hebat. Teknologi ini lebih efektif dari bola lampu yang mampu merubah 10% saja dari energi cahaya, sedabgkan 90% sisanya berubah dan hilang menjadi panas.
Sebaliknya kunang-kunang mampu menghasilkan hamper 100% cahaya dari energi yang ada. Ini dikarenakan disain sempurna pada sistem penghasil cahaya yang dimilikinya. Tubuhnya berisi zat kimia khusus bernama Lusiferin, dan enzim yang disebut Lusiferase. Untuk menghasilkan cahaya, dua zat kimia ini bercampur, dan pencampuran ini menghasilkan energi dalam bentuk cahaya. Molekul kompleks ini telah didisain secara khusus untuk memancarkan cahaya. Penampatan setiap atom yang membentuk molekul tersebut telah ditentukan sesuai dengan tujuan ini. Tidak ada keraguan bahwa disain biokimia ini bukanlah sebuah kebetulan. Ia sengaja diciptakan secara khusus. Sebagaimana Tuhan telah member semua makhluk hidup cirri mereka masing-masing. Ia juga telah mengajarkan kunang-kunang cara membuat cahaya.
Tapi, untuk apakah kunang-kunang membuat cahaya melalui teknologi yang sedemikian maju??? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ini, kita harus mengamati lebih dekat sekawanan kunag-kunang. Sekelompok kunang-kunang dalam jumlah besar, hingga ratusan ribu di malam hari memunculkan pemandangan yang membuat kita seolah sedang berjalan dibawah bintang-bintang.
Cahaya ini sangatlah penting bagi kunang-kunang sebagai alat komunikasi. Kunang-kunang menggunakan sinyal cahaya untuk berkomunikasi. Kunang-kunang jantan menyalakan dan memadamkan cahayanya untuk mengirim pesan kepada sang betina menggunakan kode yang sama untuk mengirim pesan balasan kepada sang jantan. Sebagai hasil dari pesan timbale balik ini, sang jantan dan betina mendekat datu sama lainnya. Sejak ia dilahirkan, tiap kunang-kunang mengetahui bagaiman berkirim pesan dengan cara ini, dan bagaimana memahami pesan yang dikirim oleh yang lain.

No comments:

Post a Comment