PROLOG
Novel yang berjudul “Laskar Pelangi” ini adalah novel karya pertama
Andrea Hirata yang diterbitkan tahun 2007, yang menjadi sangat
populer. Novel ini menceritakan tentang kisah nyata dari
Andrea Hirata Seman Said Harun dan sepuluh rekannya dalam
menapaki kehidupan di pendidikan dasar sampai menengah atas, di sekolah
Muhammadiyah di Belitung. Daya tarik utama novel ini tentu kemampuan
perjuangan Andrea Hirata dengan kawan-kawannya dalam mengarungi
pendidikan di daerah dalam kondisi ekonomi kekurangan. Kekayaan bahasa
yang mengalir dengan ragam ungkapan, spontan dan kadang absurd menjadi
daya tarik kedua. Oleh karena hampir sebagian besar pembaca pasti juga
pernah mengalami pahit getirnya pendidikan, pengalaman Andrea dan kawan kawan yang mereka sebut Laskar Pelangi lantas menjadi pembanding. Ini daya tarik ketiga. Makna dan pesan novel ini bahwa guru sangat berperan dalam memberi warna dan menghantarkan murid ke kancah kehidupan nyata. Kondisi sekolah yang serba kekurangan, tidak menjadi halangan bagi guru untuk memompa semangat, membina perilaku terpuji, serta menghantarkan anak (didik) yang mempunyai potensi unggul untuk tumbuh menjadi prestasi cemerlang dikemudian hari.
BAB I
PENDAHULUAN
Identitas Novel
Judul Novel : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata Seman Said Harun
Penerbit : Bentang Pustaka
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2007
Tebal halaman : 533 halaman
Judul Novel : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata Seman Said Harun
Penerbit : Bentang Pustaka
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2007
Tebal halaman : 533 halaman
BAB II ISI
1.
Pokok-pokok Isi
Novel (Unsur Instrinsik)
a. Tema
Persahabatan sebelas anak Belitong
b. Tokoh dan
Perwatakan
Aku sebagai ikal : tidak mudah putus asa dan tegar.
Ayah ku/ayah ikal : baik hati dan bijaksana.
Pak K.A. Harpan Noor : baik hati, ramah dan sabar.
Ibu N.A. muslimah Hafsari : sabar, baik hati dan penyayang.
Lintang : pantang menyerah dan cerdas.
Mahar : kreatif, imajinatif dan cerdas.
Trapani : manja dan cerdas.
Kucai : susah diatur dan banyak bicara
Sahara : keras kepala, cerdas dan baik hati.
A kiong : baik dan sedikit aneh.
Harun : baik, agak keterbelakangan mental.
Borek : nakal dan susah diatur.
Aku sebagai ikal : tidak mudah putus asa dan tegar.
Ayah ku/ayah ikal : baik hati dan bijaksana.
Pak K.A. Harpan Noor : baik hati, ramah dan sabar.
Ibu N.A. muslimah Hafsari : sabar, baik hati dan penyayang.
Lintang : pantang menyerah dan cerdas.
Mahar : kreatif, imajinatif dan cerdas.
Trapani : manja dan cerdas.
Kucai : susah diatur dan banyak bicara
Sahara : keras kepala, cerdas dan baik hati.
A kiong : baik dan sedikit aneh.
Harun : baik, agak keterbelakangan mental.
Borek : nakal dan susah diatur.
c. Alur
Novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya.
Novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya.
d. Sudut Pandang
Orang pertama tunggal sebagai tokoh utama.
Orang pertama tunggal sebagai tokoh utama.
e. Latar
Tempat : di sekolah, di bawah pohon, di gua, dan di rumah.
Suasana : menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
Kapan : siang hari, sore hari, dan malam hari.
Tempat : di sekolah, di bawah pohon, di gua, dan di rumah.
Suasana : menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
Kapan : siang hari, sore hari, dan malam hari.
f. Bahasa
Bahasa yang digunakan tetap bahasa
Indonesia tetapi tidak jarang kita jumpai bahasa daerah yang dimana tempat
kejadiannya adalah Belitung, yaitu pulau terpencil yang ada di Sumatra.
g. Amanat Novel
Janganlah menyerah, teruslah berjalan jika menurutmu itu
benar.
Dari bersekolah dengan sungguh-sungguh cita-cita akan
tercapai walaupun dengan usaha dan perjuangan yang sulit.
2. Nilai-nilai Novel (Unsur Ekstrinsik)
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa bagaimanapun hidup yang kita jalani, kita harus senantiasa bersyukur. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit cita-cita yang tingggi. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi/berinteraksi langsung dengan kebodohan atau kegeniusan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari novel tersebut seperti keagamaan, moral, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Selain itu kita dapat mencontoh tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, dan sebagainya.
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa bagaimanapun hidup yang kita jalani, kita harus senantiasa bersyukur. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit cita-cita yang tingggi. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi/berinteraksi langsung dengan kebodohan atau kegeniusan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari novel tersebut seperti keagamaan, moral, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Selain itu kita dapat mencontoh tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, dan sebagainya.
SINOPSIS NOVEL
Diawali saat SD Muhammadiyah, sekolah
kampung di Belitong dengan fasilitas yang sangat terbatas bahkan minus, membuka
pendaftaran untuk murid baru kelas satu. Hingga saat-saat terakhir pendaftaran
hanya 9 orang anak yang mendaftar dan siap masuk kelas di hari pertama. Padahal
sekolah reot ini sudah diancam untuk membubarkan diri jika murid barunya kurang
dari 10 orang.
Di kalangan bawah, menyekolahkan
anak berarti mengikatkan diri pada beban biaya yang harus ditanggung selama
bertahun-tahun. Dan tertutupnya kesempatan untuk mempekerjakan si anak secara
penuh waktu demi membantu mengurangi beban hidup yang semakin berat.
Jika tak ada Harun, seorang anak
berusia 15 tahun dengan keterbelakangan mental, yang disekolahkan oleh ibunya
agar tidak cuma mengejar anak ayam di rumah, tentu tidak pernah terjadi kisah
ini. Ikal tidak akan pernah bertemu, berteman satu kelas dengan Lintang, Mahar,
Syahdan, A Kiong, Kucai, Borek alias Samson, Sahara, Trapani, dan Harun. Tidak
akan pernah bertemu Bu Muslimah, guru penuh kasih namun penuh komitmen untuk
mencerdaskan anak didiknya. Dan tidak akan pernah ada Laskar Pelangi, yang di
musim hujan selalu melakukan ritual melihat pelangi sore hari dengan bertengger
di dahan-dahan pohon filicium yang ada di depan kelas mereka.
Selanjutnya
dikisahkan ragam kejadian yang penuh suka dan duka dari kesepuluh anak anggota
Laskar Pelangi. Nantinya di tengah cerita Laskar Pelangi mendapat anggota kesebelas,
anggota wanita kedua, Flo. Berkisah
tentang Lintang, anak super genius didikan alam, yang rumahnya berjarak 40 km
dari sekolah dan dilaluinya dengan bersepeda setiap hari tanpa mengeluh. Bahkan
ketika suatu hari rantai sepedanya putus, dia rela berjalan kaki menuntun
sepedanya ke sekolah. Dan merasa bahagia karena masih mendapat kesempatan ikut
menyanyikan Padamu Negeri di jam pelajaran terakhir .
Berkisah tentang Mahar anak genius
berikutnya, tapi yang satu ini genius dalam bakat seni. Berkisah tentang
rutinitas membeli kapur tulis di toko yang jauh dari sekolah dan berbau busuk,
menggiring ke kisah cinta pertama Ikal kepada A Kiong yang berkuku indah.
Tentang keberhasilan mereka mengangkat nama SD Muhammadiyah yang selama ini
selalu dianggap remeh dalam acara karnaval 17 Agustus dan lomba cerdas-cermat.
Tentang cita-cita Ikal. Tentang hilangnya Flo. Tentang petualangan mistis ke
Pulau Lanun menemui Tuk Bayan Tula bersama Flo dan Mahar. Dan bagian pertama
ini ditutup dengan kesedihan mendalam yang sangat mengharukan saat Laskar
Pelangi harus merelakan perginya seorang teman yang kurang beruntun.
Bagian
pertama itu mengambil rentang waktu dari hari pertama Laskar Pelangi masuk
kelas satu Sekolah Dasar Muhammadiyah hingga empat bulan menjelang Ebtanas SMP
di gedung sekolah yang sama dengan orang-orang yang sama.
Pada
bagian kedua, kisah ini melompat dua belas tahun kemudian saat Laskar Pelangi
telah menjadi sosok-sosok dewasa yang harus berjuang menggapai peruntungannya
dalam kehidupan nyata. Masing-masing menjalani suratan hidupnya yang sudah
ditetapkan. Ada yang berjalan sesuai cita-citanya, ada yang tidak terduga
lompatannya, ada juga yang menyerah pada nasib yang sudah tergambar jelas sejak
dahulu.
Dan akhirnya pun mereka semua dengan
perjuangan yang keras dan gigih dapat mendapatkan apa yang mereka cita-citakan.
No comments:
Post a Comment