Tari Baris Tunggal
mengisahkan seorang pemuda yang gagah berani dengan sifat keprajuritan dan
kepahlawanan. Tarian ini penuh dengan irama gerak yang mantap dan tegas wujud
sikap seorang prajurit. Tari
Baris Tunggal Bali ini mengejawantahkan seorang ksatria muda Bali
yang sedang meninjau "daerah kekuasaan" ayahnya yang suatu saat akan
dipimpinnya. Penutup kepala berwarna putih, menandakan nilai kesucian dan
keluhuran sebagai pemimpin.
Tari Baris ini,
disunting dari Baris
Gede, memberi gambaran kematangan jiwa dan keperkasaan seorang prajurit
yang diperlihatkan melalui gerakan-gerakannya yang dinamis dan lugas. Tarian
ini mempunyai struktur koreografi yang terdiri dari tiga bagian : Gilak,
Bapang, Gilak, dengan perbendaharaan gerak yang cukup kompleks
RINGKASAN
singkat riwayat TARI BARIS TUNGGAL
Oleh: Cok Sawitri
Sekitar
tahun 1989-an saya berkesempatan mewawancarai Pak Oka Sading; salah satu penari
jauk manis yang sangat dikagumi masyarakat Bali .
Dalam percakapan akhir tanpa sengaja terjadi percakapan mengenai riwayat Tari
Baris tunggal, yang awalnya saya sendiri mengira usia tari ini sangat tua,
ternyata tari baris pangalembar kadang juga disebut Tari Baris Solo; disusun
koreografinya dan dipentaskan pertama kali sekitar tahun 1932-an; tujuan
disusunnya tari baris tunggal ini agar tari baris sakral tidak dieksplotasi
oleh turis-turis yang mulai berdatangan ke Bali.
Tari
Baris Tunggal
Jadi,
di tahun itu masyarakat Bali telah memulai
sebenarnya bagaimana caranya melindungi martabat dan harkat berkesenian dari
arus jual-beli yang dimenjiwai tourisme. Waktu itu cara yang dilakukan agar
tari-tari sakral tidak dipertunjukan sembarangan maka diciptakan koreografi
dari inspirasi dari keberadaan Tari Sakral.
Kemudian
tahun 1990, kembali saya interview dengan bebrapa tokoh tari; dalam rangka
belajar kedek numpuk (tertawa bertumpuk-tumpuk dan terputus-putus) yang
dikuasai oleh Ida Bagus Boda atas informasi Ida Wayan Pidada, saya menyusuri
jejak-jejak maestro tari bali ini dan tanpa sengaja kemudian mendapatkan
informasi mengenai Baris tunggal , yang ternyata berkaitan dengan Ida Bagus
Boda. Menurut berbagai keterangan yang muncul dalam percakapan tari baris
tunggal (diduga kuat) diambil dari baris malampahan; baris berkisah, yang
riwayatanya dimulai kira-kira tahun 1849; saat itu digagas oleh Cokorda Gde
Ngurah Saren yang meminta Bape Goya, pelatih tari ternama era itu untuk
menyusun baris malelampahan dan pertamakali dipertunjukan di Tugu, kabupaten
Gianyar.
Dalam
baris malelampahan itu; dialog tidak diucapkan oleh penari, namun dipakai
punakawan, mirip cara dialog yang dilakukan oleh tari topeng manca. Dari baris
malelampahan kemudian dikenal koreografi yaitu Gabor bagian koreografi Arjuna
Wiwaha; kemudian pada tahun 1920-an Anak Agung Ngurah Oka dari Puri Belaluan,
Denpasar, mengajak Ida Bagus Boda dan Bape Sariada juga menyusun baris
malelampahan; Nah, diperkirakan baris tunggal mengambil dari proses kreatif
koreografi Ida Bagus Boda dari baris lelampahan era 1920-an.
Tari
Baris malelampahan terinspirasi dari Tari Baris sakral, hanya dimainkan untuk
kepentingan upacara di pura atau upacara manusia yadnya. Jenis tari baris
jumlahnya puluhan; yang masih hidup sampai kini masih ditarikan untuk
kepentingan upacara disebut Baris Gede; seperti Baris perisai, Baris Jojor,
Baris Cina, Baris Kuning; dst sedangkan tari Baris Katekok Jago; khusus baris
ini untuk prosesi jenazah ke kekuburan. Yang menggembirakan keberadaan tari
baris ini sebagai tari wali hingga kini tetap terjaga tidak tercemar oleh
perkembangan parisiwata yang demikian pesat. Ini disebabkan pada tahun 1960-an
terjadi banyak diskusi para tetua bali yang mengkhawatirkan dampak pariwisata
yang secara tidak langsung mulai menurunkan kualitas seni tari bali, baik dari
sisi penghormatan maupun perlakuannya.
Dari
hasil proses diskusi mutlistakeholder dengan pemerintah akhirnya, pemerintah
Bali mengambil kebijakan untuk perlindungan terhadap tari wali dari eksploatasi
perkembangan tourisme dengan mengeluarkan Surat keputusan Seni Sakral dan
Profan Bidang Tari pada tanggal 24-25 Maret 1971 oleh proyek Pemeliharaan dan
pengembangan Kesenian Daerah Bali. Pertanyaan besarnya, apakah surat keputusan itu masih diingat? Atau
jangan-jangan departemennya telah menghapus bidang yang mengurus pemeliharaan
dan pengembangan kesenian daerah Bali ? Sebab
terasa betul ketika berargumentasi soal tari pendet para pejabat seperti
kebingungan; dari menggembar-gembor hak paten yang rancu dengan hak cipta;dst…
Padahal
jika menilik dari riwayat tari baris tunggal; masyarakat Bali
sejak awal telah menyiapkan barikade untuk bersanding dengan perkembangan
pariwisata juga perkembangan zaman dengan tindakan, perilaku serta proses
kreatif yang sangat indah, elegan dan bermartabat! Bukan dengan demo, bukan
dengan omong kosong!
Perhatikankanlah
runtutan bagaimana tahapan perlindungan yang dibangun oleh masyarakat terhadap
tari baris sakral; lalu pada ujungnya barulah adalah pemerintah. Tapi
pertanyaan kita, kalau pemerintah melalui pejabatnya tak memahami riwayat seni
budayanya sendiri? Tidak paham apabila proses kreatif dan biaya sosial itu
adalah tanggung jawab pemerintah (bandingkan bagaimana peran pemimpin bali
sebelum era menjadi wilayah RI dan era 1930-an dalam menjalan tanggung jawabnya
sebagai pemerintah!). Kini, apa boleh buat, para pejabat menjadi lucu justru
ketika hadir seolah tengah berbela atas negara; seolah-olah cinta seni
budaya…padahal, jelas logika yang dipakai adalah jual-beli akhirnya
jeri…..aduhai seperti ayam jago yang ke luar dari gelanggang!…aduhai bertaji
tapi tak bernyali!
Kiranya
belum begitu banyak generasi sekarang yang mengetahui tentang tarian
baris,beberapa jenis tarian baris yang ada ataupun yang pernah ada di bali.
Demikian pula halnya dengan tarian jauk. Apabila kita layangkan pikiran kita ke
masa depan,kita seolah – olah merasa prihatin terhadap ke punahan tarian –
tarian tersebut.Apalagi generasi mendatang,generasi sekarang sekarang saja
belum begitu banyak mengetahui tentang tari baris.Mudah-mudahan keprihatinan
ini tidak terjadi dan warisan budaya tersebut bias di laksanakan secara
berkesinambungan.
Masyarakat
Bali mengenal banyak tari yang berfungsi sebagai seni sakral maupun seni fropan
seperti tari truna jaya,margapati,sangiang,joged,gandrung,topeng pajegan,baris,jauk,dan
sebagai nya.
Biasanya
tari – tarian tersebut tanpa menggunakan suatu lakon,sedangkan yang menggunakan
lakon atau cerita tertentu seperti legong,topeng prembon,arja,drama
gong,calonarang,wayang wong,wayang parwa,cupak granting,dan lain sebagainya.
Wayan
Warna menguraikan/mengartikan kata baris sama dengan “leret” dan di berikan
pula berupa batasan tentang baris,adalah tari tunggal menirukan gerak pahlawan
dalam peperangan atau tarian ke agaman yang ditarikan berpasangan dengan
membawa alat – alat perang seperti :
bandrangan,cendekan,dadap,perisai,tombak,tamiang dan di mainkan oleh laki-laki.
Tari
baris tunggal merupakan tari baris yang sering di pertontonkan.Di maana tarian
ini menceritakan tentang seorang prajurit yang gagah perkasa dan berwibawa.oleh
karena itu gerak tari Baris Tunggal,sangatlah tegas dan enerjik.Dalam tari
Baris Tunggal,di bagi menjadi 3 babak,yaitu :
- Papeson
- Pelayon
- Pekaad
Busana
yang di gunakan adalah sangat lengkap terdiri dari :
- Badong
- Awir
- Lamak
- Celana panjang
- Baju bludru
- Stewel
- Gelang kana
- Gelungan
- Keris
10.
Kamben
11.
Angkeb tundu
Gambelan
yang di gunakan untuk mengiringi tari Baris Tunggal,yaitu :
- Gong kebyar
- Semar pegulingan
- Palegongan
- Angklung kebyar
- Gong suling
- Gong gede
- Cumang kirang
- Gambelan pajogedan
- Gambelan pegandrungan
Komposisi
tabuh yang di gunakan untuk mengiringi tari Baris Tunggal biasanya terdiri atas
:
- Gilak papeson
- Gilak bapang
- Gilak pekaad
Demikian
lah yang bisa saya sampaikan sedikit tentang tari Baris Tunggal,kalo ada
kesalahan dan kekurangan,saya memohon maaf.Terimakasih
No comments:
Post a Comment