Proses
terjadinya puting beliung sangat terkait erat dengan fase tumbuh awan
Cumulonimbus (Cb). Fase Tumbuh, Dalam awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat.
Hujan belum turun, titik-titik air maupun Kristal es masih tertahan oleh arus
udara yang naik ke atas puncak awan. Fase
Dewasa, Titik-titik air tidak tertahan lagi
oleh udara naik ke puncak awan. Hujan turun menimbulkan gaya gesek antara arus
udara naik dan turun. Temperatur massa udara yang turun ini lebih dingin dari
udara sekelilingnya. Antara arus udara yang naik dan turun dapat timbul arus
geser memuntir, membentuk pusaran. Arus udara ini berputar semakin cepat, mirip
sebuah siklon yag “menjilat” bumi sebagai angin puting beliung. Terkadang
disertai hujan deras yang membentuk pancaran air (water spout). Fase Punah, Tidak ada massa udara naik. Massa udara yang
turun meluas di seluruh awan. Kondensasi berhenti. Udara yang turun melemah
hingga berakhirlah pertumbuhan awan Cb.
Karakteristik Puting Beliung, Puting berliung merupakan dampak ikutan awan
Cumulonimbus (Cb) yang biasa tumbuh selama periode musim hujan, tetapi tidak
semua pertumbuhan awan CB akan menimbulkan angin puting beliung. Kehadirannya belum dapat diprediksi, terjadi secara
tiba-tiba (5-10 menit) pada area skala sangat lokal, pusaran puting beliung mirip belalai gajah/selang vacuum
cleaner, jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur
kerusakan, dan lebih sering terjadi pada
siang hari dan lebih banyak di daerah dataran rendah.
No comments:
Post a Comment