Wednesday, 31 July 2013

GEN PENGENDALI PATOGEN


mekanisme antagonistik dari probiotik
         Posting kali ini untuk mengapresiasi respon posting sebelumnya yang cukup tinggi yaitu probiotik dalam akuakultur, sekaligus menambah referensi terhadap probiotik.
Mekanisme antagonistik probiotik sendiri bekerja dengan beberapa macam cara antara lain:
  • Produksi senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain sebagai contoh bacteriocins, antibiotik seperti surfactins, itulins, bacilysins yang diproduksi spesies bacillus (Urdaci dan Pinchuk, 2004).
  • Kompetisi terhadap substansi yang essensial (yang diperlukan untuk metabolisme). Sebagai contoh Vibrio strain P memenangkan persaingan dengan vibrio patogen dengan mengabsorbsi zat besi. Hal ini dikarenakan Vibrio strain P memproduksi siderophores (Gatesoupe, 1997).
  • Kompetisi untuk ruang adhesi (adhesion sites). Semakin awal kolonisasi probiotik potensial di dalam saluran pencernaan, maka semakin bagus (potensi kerja probiotik) (Bengmark, 1988).
  • ‘Quorum sensing’ antar bakteri. Bakteri dapat berkomunikasi satu sama lain dengan memanfaatkan molekul tertentu yang berperan sebagai sinyal. Dengan quorum sensing, populasi bakteri dapat meregulasi ekspresi gen dan pada akhirnya mempengaruhi komunitas bakteri tersebut (Henke dan Bassler, 2004). Peneliti dari Ugent membuktikan bahwa bakteri dapat menghambat quorum sensing dari bakteri pesaing dengan memproduksi enzim yang menonaktifkan molekul sinyal

MEKA NISME ANTAGONISTIK

           Penelitian tentang keefektifan agens hayati untuk mengendalikan patogen tanaman sudah banyak dilakukan dan dipublikasi, tetapi yang mempertimbangkan aspek keamanan (analisis risiko) terhadap lingkungan masih sangat terbatas, padahal untuk komersialisasi suatu agens hayati akan dituntut data tentang keamanan tersebut.

Pengertian agens hayati secara luas mencakup organisme, baik yang digunakan untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan maupun untuk proses produksi. Informasi tentang keamanan agens hayati masih terbatas. Di antara sekian banyak jenis agens hayati yang telah diuji keamanannya, tiga di antaranya yaitu Trichoderma spp., Pseudomonas fluorescens, dan Bacillus spp. paling lengkap data keamanannya. Agens hayati yang perlu mendapat perhatian ekstra adalah Burkholderia (Pseudomonas) cepacia karena mempunyai kekerabatan yang sangat erat dengan anggota Burkholderia cepacia kompleks yang bersifat patogen terhadap manusia. Tulisan ini membahas aspek keamanan yang perlu diperhitungkan sejak dini dalam pengembangan setiap agens hayati untuk keperluan pengendalian. Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam pengujian keamanan agens hayati dapat merujuk kepada pedoman yang telah disusun oleh FAO tahun 1988 dan 1997. Oleh karena itu, pengetahuan tentang ciri-ciri agens hayati, khususnya kelompok bakteri, perlu dicermati sejak awal sebelum agens hayati tersebut dikembangkan secara luas.

Pemanfaatan agens hayati untuk mengendalikan patogen masih populer dan memberikan harapan, baik di dalam negeri maupun manca negara. Di antara kelompok agens hayati, Pseudomonas fluorescens dan Trichoderma spp. menempati urutan teratas; paling banyak digunakan atau diteliti. Dalam makalah yang dipresentasikan pada Seminar Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI) ke-17 di Universitas Padjadjaran, Bandung tahun 2003, tercatat dari 54 makalah tentang pengendalian patogen, 22 di antaranya mengenai penggunaan agens hayati, 10 makalah masing-masing tentang ketahanan tanaman dan kultur teknik, dan 12 makalah tentang penggunaan pestisida botani (Suhardi et al. 2003).

Hal ini dapat menjadi gambaran umum bahwa pengendalian dengan agens hayati masih banyak diteliti. Namun, kegiatan penelitian agens hayati masih menitikberatkan pada aspek kemanjuran (keefektifan), sedangkan aspek keamanan terhadap manusia, hewan, dan lingkungan belum banyak diperhatikan, padahal aspek keamanan merupakan informasi kunci bila agens hayati akan dibuat secara massal dan diperdagangkan secara komersial. Oleh karena itu, selayaknya setiap pengembangan
agens hayati perlu memperhatikan

segi keamanannya.

No comments:

Post a Comment