Saturday 2 March 2013

Seks bebas di kalangan remaja


Seks bebas di kalangan anak-anak atau pelajar ini, merupakan fenomena yang menggerahkan. Banyak orang tua sangat khawatir dan berdoa agar anak-anaknya tidak menjadi salah satu pelakunya. Kewaspadaan tinggi dengan membuat berbagai aturan di rumah ataupun upaya-upaya untuk mengontrol agar anak tidak terjerumus, tentulah juga sudah dilakukan sebagai langkah pencegahannya.

Survei Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) menyatakan secara nasional terdata bahwa, sebanyak 66% remaja putri usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak masih perawan, itu artinya pada usia sekolah tersebut mereka telah mengenal seks bebas. Pemberitaan di berbagai media, tampaknya menunjukkan fenomena yang sama terjadi di berbagai kota. Temuan berdasarkan survei atau penelitian semacam ini memang benar-benar bukan merupakan berita yang menggembirakan. Akan tetapi itulah kenyataan yang mengemuka yang telah hadir dalam kehidupan kita.

Meluasnya perilaku yang semula dianggap hanya terjadi pada anak-anak di berbagai kota besar, kini telah merembes sampai ke pelosok desa. Hal ini menunjukkan tersebarnya pengaruh buruk yang terjadi. Salah satu faktor dari beragam faktor yang ada adalah kemajuan teknologi, misalnya berupa kemudahan mendapatkan kepingan CD film-film porno atau berkembangnya kepemilikian HP dengan fasilitasi yang mampu menampung, menerima dan menyebarluaskan film-film porno.

Hal yang paling mengkhawatirkan, apabila seks bebas telah dinilai sebagai bagian dari gaya hidup. Anak atau pelajar yang tidak melakukan hal tersebut, dianggap sebagai anak yang ketinggalan jaman. Bila benar hal tersebut yang terjadi, maka memang sinyal yang ada bukan sekedar lampu kuning lagi yang memberi peringatan, melainkan benar-benar patut mendapatkan perhatian kita semua.

Entah apa yang dipikirkan oleh remaja-remaja kita sekarang, padahal kita ini bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi tradisi timur yang memegang teguh ajaran agama, dan kita semua tahu bahwa seks sebelum menikah adalah dosa besar. Sebagai masyarakat yang “melek pendidikan,” kita semua pasti tahu apa dampak yang ditimbulkan oleh seks sebelum menikah. Kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit kelamin, sampai pandangan negatif orang-orang sekitar yang bakal menjadi aib seumur hidup. Harus kita sadari, media teknologi yang semakin canggih saat ini juga menjadi faktor pemicu. Selain itu, kurangnya ajaran agama dan pendidikan moral yang diberikan pun juga menjadi faktor terjadinya seks bebas di kalangan remaja kita saat ini.

Lalu bagaimana agar kita dapat terhindar dari hal tersebut? Khusus untuk para orang tua, berilah kasih sayang, perhatian, dan pengawasan yang tidak mengekang kepada anak. Peranan agama dan keluarga sangat penting untuk mengantisipasi perilaku negatif anak, khususnya remaja. Sebagai makhluk yang mempunyai sifat egoisme yang tinggi maka remaja mempunyai pribadi yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar karena rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Tanpa adanya bimbingan, maka remaja dapat melakukan perilaku menyimpang. Untuk itu, diperlukan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak dengan melakukan komunikasi yang efektif. Mungkin, seperti menjadi tempat curhat bagi anak, mendukung hobi yang diinginkan, selama kegiatan tersebut positif untuknya. Dengan menambah kegiatan yang positif di luar sekolah, misalnya ikut bimbingan belajar juga dapat mencegah anak untuk tidak terjerumus ke dalam hal tersebut, karena perhatian mereka sudah tertuju ke arah kegiatan tersebut. Sehingga, memperkecil kemungkinan bagi mereka untuk melakukan penyimpangan prilaku seks bebas.

Sebagai remaja, jatuh cinta adalah hal yang wajar, akan tetapi harus dijalani dengan normal. Tanpa hubungan seks pun, kita masih tetap bisa menunjukkan perasaan cinta kita kepada pasangan kita. Intinya kita harus tegas, jangan pernah terpengaruh oleh ajakan seks bebas!

No comments:

Post a Comment