PERCOBAAN DUA PERLAKUAN
Percobaan
dua perlakuan, merupakan pelaksanan, dari uji hipotesis dari dua nilai rata-rata yang unum ditulisdengan hipotesis tandingan . Untuk membandingk.an atau mengetahui adanya perlbedaan dua. perlakuan dalam percobaan, terdapat dua cara yaitu:
4.1 Percobaan berpasangan (Paired
comparation)
4.2 Percobaan tidak berpasangan (Unpaired comparation)
Kedua cara di atas mempunyai perlakuan harya dua, tetapi teknis atau prosedure) percobaan di lapangan atau di
laboratorium dan analisis statistikanya yang berbeda.
Adapun contoh dari perlakuannya adalah ingin mengetahui produksi bawang merah yang ditanam dengan cara A (penanaman dengan menggunakan penutup tanah), dan dibandingkan dengan cara penanaman B penanaman
yang tidak menggunakan penutup tanah.
Contoh lain, membandingkan
produksi tanaman padi yang dipupuk melalui daun
(A) dengan produksi padi; dengan
pemupukannya melalui
tanah (B). Banyak lagi contoh- contoh lain yang semacam tersebut.
4.1 Percobaan Dua Perlakuan Berpasangan
Percobaan berpasangan adalah
percobaan di mana setiap pasangan perlakuan diletakkan
atau dikenakan pada unit percobaan yang berdekatan. Suatu persaratan atau anggapan yang dituntut dalam percobaan ini adalah bahwa setiap pasangan unit peroobaan mempunyai keandaan yang homogen. Dalam setiap pasangan perlakuan dalam percobaan, merupakan pasangan yang utuh artinya jumlah:, ulangan pada masing-masing
perlakuan selalu sama (nA
= nB), Sehingga apabila :salah satu dari pasangan perlakuan itu ada yang rusak atau hilang, maka pasangan tersebut tidak diamati atau diukur.
Pada contoh di bawah ini terdapat sembilan pasangan perlakuan A dan B. Penempatan perlakuan pada setiap pasangan
perlakuan harus diacak, karena pada tempat setiap pasangan perlakuan tersebut
mempunyai kondisi yang relatif sama, baik ukuran, letak, maupun bentuk dari
setiap unit perlakuan. Antara pasangan perlakuan
yang satu dengan pasangan perlakuan yang lain tidak dituntut atau diharuskan
mempunyai kondisi yang persis sama atau dengan kata lain antara pasangan
perlakuan yang satu dengan pasangan perlakuan yang lain dapat berada dalam
kondisi berbeda seperi ukuran, bentuk, pelaksana, waktu, tempat dan lain-lainnya.
Dengan demikian secara umum kondisi atau area
percobaan dapat bersifat hetrogen dalam arti luas, akan tetaqpi di bagi
menjadi pasangan-pasangan yang bersifat homogen, dengan asumsi tidak ada
interaksi antara lingkungan dengan perlakuan.
Sebelum
melakuakan percobaan terlebih dahulu ditentukan hipotesis pada percobaan
tersebut, terutama untuk menentukan hipotesis tandingannya, sehingga hiposesis
statistikanya ada tiga pilihan seperti berikut
(1) atau
(2) atau
(3) atau
Data hasil
percobaan dapat dianalisis dengan dua cara yaitu:
2.1.1 Analisis cara penggabungan (combined analysis)
Apabila data dari suatu percobaan berpasangan telah
terkumpul maka perlu dibuatkan tabel seperti di bawah ini.
Tabel Data Pengamatan Cara Pengurangan.
No (ulangan)
|
A
|
B
|
(A-B) = d
|
(A-B)2
|
1
|
YA1
|
YB1
|
d1
|
d12
|
2
|
YA2
|
YB2
|
d2
|
d22
|
3
|
YA3
|
YB3
|
d3
|
d32
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
N
|
YAn
|
YBn
|
dn
|
dn2
|
∑
|
∑A
|
∑B
|
∑d
|
∑d2
|
Keterangan: n =
jumlah pasangan = jumlah ulangan
d
= data selisih A dan B. d = deviasi
Perhitungan statisrtikanya sebagai berikut:
1. Cari nilai : ∑A; ∑B;
∑d; ∑d2; ; dan
2. Tentukan nilai JK d dengan cara
(Ingat: nB = nB = nd
= n)
3. Hitung ragam d:
4. Hitung Sed (= SED = ):
5. Cari nilai t hitung dengan rumus:
6. Bandingkan t hitung dengan t
Tabel yang ditulis dengan t hit
≈ t Tabel;
t hitung t Tabel
atau dapat ditulis dengan
ttabel
= t(α/2; db) Di mana α = taraf nyata yang digunalan; dan db = n-1)
7. Ketentuan:
(1) Apabila thitung ≤ t(5%; n-1)
terima H0 yang
berarti bahwa antara perlakuan A dan B terdapat perbedaan yang tidak nyata (non significant diffrence).
(2) Apabila t(5%; n-1) < t hitung ≤ t(1%;
n-1); tolak H0 yang berarti bahwa antara perlakuan A
dan B terdapat perbedaan yang nyata (significant
diffrence).
(3) Apabila thitung > t(1%; n-1);
tolak H0 yang
berarti bahwa antara A perlakuan dan B terdapat perbedaan yang sangat nyata
(highly significant diffrence).
Dalam penyelesaian analisis
data berpasangan dengan cara penggabungan tidak diperlukan uji F, dan langsung
pada uji t dari data d atau selisih A dan B.
2.1.2 Analisis keragaman (analysis of variance)
Analisis data dengan menggunakan analisis keragaman di dahului
dengan membuat Tabel data pengamatan seperti berikut:
Tabel Data Pengamatan Cara Penggabungan.
No (= ulangan)
|
A
|
B
|
(A+B) = C
|
(A+B)2 = C2
|
1
|
YA1
|
YB1
|
C1
|
C12
|
2
|
YA2
|
YB2
|
C2
|
C22
|
3
|
YA3
|
YB3
|
C3
|
C32
|
|
|
|
|
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
.
|
|
|
|
|
|
n = r
|
YAn
|
YBn
|
Cn
|
Cn2
|
∑
|
∑A
|
∑B
|
∑C
|
∑C2
|
Keterangan: n =
jumlah pasangan = jumlah ulangan nB = nB = nC
= r
t = jumlah
perlakuan = 2; jadi N = rt
N = Jumlah data pengamatan
Perhitungan statisrtikanya sebagai berikut:
1. Tentukan nilai : ∑A; ∑B; ∑C; ∑C2; ; dan
2. Cari nilai G:
G = ∑A +
∑B;
3. Hitung nilai FK:
(FK = faktor koreksi):
< ==== > < ==== >
4. Hitung JK Total = JK Tot:
JK
Total = A12 + A12 + .
. . +
B12 + B12 + Bn2 - FK
5. Hitung JK Ulangan = JK Blok = JK B
= JK R:
(p = Jumlah perlakuan)
6. Hitung JK Perlakuan = JK T:
(r = Jumlah ulangan)
7. Hitung JK Residu = JK S: (S = sisa = residu = galat = acak) JK Residu = JK Total – JK Ulangan –
JK Perlakuan,
dapat ditulis dengan: JK Res = JK Tot – JK R – JK
8. Tentukan nilai-nilai KT dari:
(1). atau
(DB P = t
-1 = 2 – 1)
(2). atau
(DB
R = r -1)
(3). atau
9. Cari nilai F
hitung Perlakuan:
10. Bandingkan nilai F hitung dengan F Tabel:
yang sering ditulis dengan:
Fhitung Ftabel.
Di
mana: Ftabel
= F(α; dbT; db res)
db T = db pembilang (DB Perlakuan);
db res = db
penyebut (DB Residu); dan
α = taraf nyata
(5% atau1%). Ketentuan:
(1) Apabila Fhitung ≤ F(5%; dbT;dbres) terima H0 yang berarti bahwa antara perlakuan A dan B terdapat perbedaan
yang tidak nyata (non significant diffrence) yang diberi tanda NS.
(2) Apabila F(5%; dbT;dbres) < Fhitung ≤ F(1%; dbT;dbres) tolak H0 yang berarti bahwa antara perlakuan A
dan B terdapat perbedaan yang nyata (significant
diffrence) yang diberi tanda *.
(3)
Apabila F hitung
> F(1%; dbT;dbres) tolak H0 yang berarti bahwa antara A dan B
terdapat perbedaan yang sangat nyata (highly
significant diffrence). yang diberi
tanda **.
11. Untuk menampilkan hasil perhitungannya maka
dibuatkan tabel sidik ragan seperti berikut ini.
Tabel Sidik Ragam
Sumber Keragaman
(SK)
|
Derajat
Bebas
(DB)
|
Jumlah
Kuadrat
(JK)
|
Kuadrat Tengah
(KT)
|
F. Hitung
(Fhit.)
|
Ulangan
(R)
|
r-1
|
JK R
|
|
|
Perlakuan
(T)
|
t-1 =
2-1
|
JK P
|
|
|
Residu
(Res)
|
(rt- 1)-(r-1)-(t-1) = rt-r-t+1
|
JK Res
|
KT Res
|
-
|
Total
|
rt -1
|
JK Tot
|
-
|
-
|
Di mana: rt = N = a x b.
12. Uji beda rata-rata
perlakuan
Apabila Fhitung
perlakuan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(**), maka dilanjutkan dengan uji t.
Dalam hal ini khusus
dengan jumlah perlakuan dua, nilai tHitung = atau apabila DB Perlakuan = 1.
Maka selanjutnya, thitung dibandingkan dengan nilai ttabel; Di mana ttabel = t(α/2; db). Dengan
α = taraf nyata yang digunalan; dan DB Residu = rt – t
– r + 1. Selanjutnya,
ketentuan yang digunakan seperti berikut:
(1) Apabila thitung ≤ t(5%; rt-r-t+1) terima
H0 yang berarti bahwa antara
perlakuan A dan B terdapat perbedaan yang tidak nyata (non significant diffrence).
(2) pabila t(5%; rt-r-t+1) < t hitung
≤ t(1%; rt-r-t+1); tolak H0 yang berarti bahwa antara perlakuan
A dan B terdapat perbedaan yang nyata (significant
diffrence).
(3) Apabila thitung > t(1%; rt-r-t+1); tolak H0 yang berarti bahwa antara A
perlakuan dan B terdapat perbedaan yang sangat nyata (highly significant diffrence).
13. Menentukan nilai KK
Nilai KK dihitung dengan
rumus:
X
Di mana ; dan T1 dan T2 adalah perlakuan.
Nilai KK biasanya
diletakan, di bawah tabel sidik ragam.
Analisis
data berpasangan
dengan analisis keragaman, merupakan dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau RCBD (Randomized Compeletely
Block Design).
2.2 Percobaan
Tidak Berpasangan (Unpaired Comparation)
Pada percobaan yang tidak
berpasang, di mana tempat atau lingkungan
percobaan dianggap homogen. Petak
percobaan dibagi menjadi unit-unit atau satuan percobaan yang nantinya
digunakan untuk meletakan setiap perlakuan. Peletakan perlakuan pada setiap unit percobaan
dilakuakan secara acak untuk menghidari adanya
subyektivitas. Dalam percobaan seperti ini, jumlah ulangan pada setiap
perlakuan tidak perlu harus sama, tetatpi diusahakan sama (azas simetri). Sebab peletakan perlakuan pada
satuan-satuan percobaan seperti pada gambar.
Petak percobaan dibagi menjadi plot-plot atau unit-unit percobaan sebanyak
yang diperlukan. Bentuk dan ukuran
pertak harus sama. Peletakan perlakuan
dilakukan secara acak (random) penuh pada unit-unit percobaan. Apabila salah satu perlakuan mati atau hilang
atau rusak secara teknis tidak mempengaruhi makna seluruh dari percobaan yang dilakukan tersebut.
Oleh
karena selain perlakuan; seperti lokasi atau lingkungan
percobaan, teknis kerja, dan yang lainnya haruslah diusahakan sehomogen
mungkin, terutama waktu pengamatan agar didapatkan data yang
memenuhi unsur percobaan.
Data hasil
percobaan dapat dianalisis dengan dua cara yaitu:
2.2.1 Analisis cara penggabungan (combined analysis)
Apabila data dari suatu percobaan tidak berpasangan
telah terkumpul maka perlu dibuatkan tabel seperti di bawah ini.
Tabel Data Pengamatan Cara Penggabungan.
No = (ulangan)
|
A
|
B
|
|
Keterangan:
Dalam pembicaraan di
sini di mana nA ≠ nB, tetapi tidak harus
demikian, kadang-kadang nA = nB.
Dalam pembcaraan
selanjutnya menggunakan cara-cara yang umum. nA dan nB
= jumlah ulangan pada setiap perlakuan. T =
jumlah perlakuan = 2;
- = data tidak teramati
|
1
|
YA1
|
YB1
|
|
|
2
|
YA2
|
YB2
|
|
|
3
|
YA3
|
YB3
|
|
|
|
|
|
|
|
.
|
-
|
.
|
|
|
.
|
.
|
-
|
|
|
.
|
.
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
n
|
YAn
|
YBn
|
|
|
∑
|
∑A
|
∑B
|
|
Perhitungan statisrtikanya sebagai berikut:
1. Cari nilai : ∑A; ∑B; ; dan
2. Tentukan nilai JK A dan JK A
dengan cara
(Ingat: nB; nB; ≠ n)
3.
Tentukan nilai-nilai KT dari A dan B:
(1). dan
(2).
4. Uji keragaman A dan B
Uji keragaman atau uji F atau
uji kesamaan varians dengan rumus:
5. Bandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel:
yang sering ditulis dengan:
Fhitung Ftabel.
Di mana: Ftabel
= F(α; db >>; db <<)
db >> = db pembilang (dari KT yang lebih besar )
dan
db
<< = db penyebut (dari KT yang lebih kecil).
α =
taraf nyata yang digunakan (5%, 1%, atau yang lain)
Ketentuan
tersebut di atas berbunyi sebagai berikut:
(1).
Apabila Fhitung ≤ Ftabel 5%; ini berarti bahwa ragan A sama
dengan ragam B atau KTA =
KTB.
(2).
Apabila Fhitung > Ftabel 5%; ini
berarti bahwa ragan A tidak sama dengan ragam B atau KTA ≠ KTB
Pernyataan di atas tersebut
sudah ketinggalan zaman dan sekarang digunakan pernyataan peluang (p) atau
dengan pernyataan signifikassi (sig,).
Ketentuan tersebut di atas menjadi berbunyi sebagai berikut:
(1). Apabila peluang F ≥ 5% ini
berarti bahwa ragan A dianggap sama dengan ragam B atau
KTA = KTB.
(2). Apabila peluang F < 5% ini berarti bahwa ragan A tidak sama dengan ragam B atau KTA ≠ KTB
6. Analisis
selanjutnya, tergantung pada ketentuan uji varians atau uji F di atas.
6.1 Di mana varians A sama dengan varian B (KTA = KTB)
Apabila ragan A dianggap
sama dengan ragam B atau KTA = KTB, Ini berarti bahwa kedua ragam tersebut dianggap homogen, karena itu sering
disebut dengan homogen barians antara A dan B.
6.1.1 Selanjjutnya, hitung ragam gabungan dengan rumus:
DBA = nA -
1; DBB = nB - 1 dan
DBGabungan = DBA + DBB = nA
+ nB - 2
6.1.2 Hitung salah baku gabungan dengan rumus:
6,1,3 Cari nilai t hitung dengan rumus:
6.1.4 Bandingkan t hitung dengan t Tabe yang
disebut dengan uji beda rata-rata,
Dditulis dengan t hit ≈ t Tabel; ttabel = t(α/2; db); dan
α = taraf nyata 5% atau
1%.
6.1.5 Kesimpulan
pengujian:
(1)
Apabila thitung ≤ t(5%; n-1)
terima H0 yang
berarti bahwa antara rata-rata perlakuan A dan B
terdapat perbedaan yang tidak nyata (non
significant diffrence) atau dengan kata lain kedua perlakuan A & B memberikan
respon yang sama.
(2) Apabila t(5%; n-1) < t hitung
≤ t(1%; n-1); tolak H0 yang
berarti bahwa antara rata-rata perlakuan A dan B
terdapat perbedaan yang nyata (significant
diffrence).
(3) Apabila thitung > t(1%; n-1);
tolak H0 yang berarti
bahwa antara rata-rata perlakuan A dan B terdapat perbedaan yang sangat nyata (highly significant diffrence).
6.2 Di mana
varians A tidak sama dengan varian B (KTA ≠ KTB)
Apabila ragan A tidak sama dengan ragam B atau KTA ≠ KTB, Ini berarti bahwa kedua ragam tersebut dianggap heterogen, karena itu
sering disebut dengan varians tidak
sama antara A dan B.
6.2.1 Selanjjutnya,
hitung salah baku (Se) gabungan dengan rumus:
6.2.2 Cari nilai t
hitung dengan rumus:
6.2.3 Bandingkan t hitung dengan t pembanding (t’)
t pembanding (t’) dengan rumus:
tA = t(α/2;
nA-1); tB = t(α/2;
nB-1)
6.2.4 Kesimpulan
pengujian:
(1) Apabila thitung ≤ t’(5%; n-1) terima H0 yang berarti bahwa antara perlakuan
A dan B terdapat perbedaan yang tidak nyata (non significant diffrence) atau dengan kata lain kedua perlakuan A
& B memberikan respon yang sama.
(2) Apabila t’(5%; n-1) < t hitung ≤ t’(1%; n-1); tolak H0 yang berarti bahwa antara perlakuan A dan B
terdapat perbedaan yang nyata (significant
diffrence).
(3) Apabila thitung > t’(1%; n-1); tolak H0 yang berarti bahwa antara A
perlakuan dan B terdapat perbedaan yang sangat nyata (highly significant diffrence).
2.2.2 Cara analisis keragaman (analysis of
variance)
Analisis data dengan menggunakan analisis keragaman di dahului
dengan membuat Tabel data pengamatan seperti berikut:
Tabel Data Pengamatan Cara Analisis
Keragaman
No (= ulangan)
|
A
|
B
|
1
|
YA1
|
YB1
|
2
|
YA2
|
YB2
|
3
|
YA3
|
YB3
|
|
|
|
.
|
-
|
.
|
.
|
.
|
-
|
.
|
.
|
-
|
|
|
|
ni
|
YAn
|
YBn
|
∑
|
∑A
|
∑B
|
Keterangan Jumlah ulangan A = nA ; Jumlah ulangan BA = nB
T =
jumlah perlakuan = 2; jadi N = nA + nB
N
= Jumlah data pengamatan;
dan
-
= data tidak teramati
Perhitungan
statisrtikanya sebagai berikut:
1. Cari
nilai : ∑A; ∑B; ; dan
2. Hitung ∑A + ∑B
= G dan nA +nB = N
3. Hitung JK Total dengan cara:
JK Total = + - FK
4. Hitung JK Perlakuan dengan cara:
(Ingat: nB; nB; ≠ n)
5. Tentukan nilai-nilai JK Sisa
dengan rumus
JK
Sisa = JK Total – JK Perlakuan.
Selanjutnya, di buat dibuat daftar sidik ragam seperti di bawah ini.
Tabel Sidik Ragam
Sumber Keragaman
(SK)
|
Derajat
Bebas
(DB)
|
Jumlah
Kuadrat
(JK)
|
Kuadrat Tengah
(KT)
|
F. Hitung
(Fhit.)
|
Perlakuan
(T)
|
t-1 =
2-1
|
JK P
|
|
|
Residu
(Res)
|
(nA - 1) + (nB
- 1) = N - 2
|
JK Res
|
KT Res
|
-
|
Total
|
N -1
|
JK Tot
|
-
|
-
|
Di mana:
N = NA
+ NB
5. Bandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel:
yang sering ditulis dengan:
Fhitung Ftabel.
Di mana: Ftabel = F(α; 1; N-2)
α = taraf nyata yang digunakan (5%, 1%, atau yang lain)
Ketentuan tersebut di atas berbunyi sebagai berikut:
(1).
Apabila Fhitung ≤ Ftabel 5%; ini
berarti bahwa antar-perlakuan berbeda tidak nyata pada taraf 5% (yang
diberi tanda NS).
(2).
Apabila Fhitung > Ftabel 5%; ini
berarti bahwa antar-perlakuan berbeda
nyata pada taraf 5% (yang diberi tanda *).
(3). Apabila Fhitung >
Ftabel 1%; ini
berarti bahwa antar-perlakuan berbeda
sangat nyata pada taraf 1% (yang diberi tanda **).
Pernyataan di atas
tersebut sudah ketinggalan zaman dan sekarang digunakan pernyataan peluang (p)
atau dengan pernyataan signifikassi (sig,).
Ketentuan tersebut di atas menjasi berbunyi sebagai berikut:
(1). Apabila peluang F ≥ 5% ini
berarti bahwa antar-perlakuan berbeda tidak nyata pada taraf 5% (yang
diberi tanda NS).
(2). Apabila peluang F < 5% ini berarti bahwa antar-perlakuan berbeda nyata pada taraf 5% (yang
diberi tanda *).
(3). Apabila peluang F < 1% ini berarti bahwa antar-perlakuan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
(yang diberi tanda **).
Ingat bahwa dalam uji F pada analisis keragaman dengan DB Perlakuan =1,
atau dalam hal ini khusus dengan jumlah perlakuan dua, maka nilai tHitung =; sehingga dalam uji beda rata-rata-nya tidak dapat
dinyatakan dengan uji F untuk menyatakan
bahwa antar-perlakuan terdapat perbedaan.
Maka selanjutnya, thitung dibandingkan dengan nilai ttabel; Di mana ttabel = t(α/2; db residu). Dengan
α = taraf nyata yang digunalan; dan DB Residu = nA + nB - 2 . Ketentuan selanjutnya, seperti
berikut
6. Ketentuan uji beda rata-rata sebagai berikut:
(1).
Apabila thitung ≤ ttabel 5%; ini berarti bahwa antar-perlakuan berbeda tidak nyata pada taraf 5%.
(2).
Apabila thitung > t tabel 5%; ini berarti bahwa antar-perlakuan berbeda nyata pada taraf 5%.
(3). Apabila thitung > ttabel 1%; ini
berarti bahwa antar-perlakuan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%.
Pernyataan di atas
tersebut sudah ketinggalan zaman dan sekarang digunakan pernyataan peluang (p)
atau dengan pernyataan signifikassi (sig,).
Ketentuan tersebut di atas menjasi berbunyi sebagai berikut:
(1). Apabila peluang t ≥ 5% ini
berarti bahwa antar-perlakuan berbeda tidak nyata pada taraf 5%.
(2). Apabila peluang t < 5% ini berarti bahwa antar-perlakuan berbeda nyata pada taraf 5%.
(3). Apabila peluang t < 1% ini berarti bahwa antar-perlakuan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam hal
analisis keragaman pada dua perlakuan yang tidak berpasangan, bahwa metode ini
merupakan dasar pengerjaan analisis keragaman dari Rancangan Acak Lengkap
(RAL).
Selain
itu, di dalam metode analisis keragaman baik dalam analisis berpasangan maupun
tidak berpasangan terdapat suatu asumsi atau anggapan bahwa keragaman antar-
populasi perlakuan A dan B adalah sama atau homogen varians.
Kalau
asumsi ini tidak dipakai, maka perlu perlu dilakukan uji keragaman populasi,
hal ini akan dibicarakan khusus kemudian.
Untuk
melakukan percobaan dengan perlakuan lebih dari dua, terdapat suatu metode percobaan yang terkenal
dengan nama Rancangan Percobaan (Experimental Design).
This is a great post. I like this topic.This site has lots of advantage.I found many interesting things from this site. It helps me in many ways.Thanks for posting this again. No one of your Insta stalker will ever recognize that you are using ... a lot more data about who might view your profile, but not Instagram.
ReplyDelete