Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu
glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida,
dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.[1] Hampir semua makhluk hidup bergantung dari
energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi
sangat penting bagi kehidupan di bumi.[1] Fotosintesis juga berjasa menghasilkan
sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi.[1] Organisme yang menghasilkan energi melalui
fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof.[1] Fotosintesis merupakan salah satu cara
asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula
sebagai molekul penyimpan energi.[1] Cara lain yang ditempuh organisme untuk
mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
Daun,
tempat berlangsungnya fotosintesis pada tumbuhan.
a.
Sejarah
Meskipun masih ada langkah-langkah dalam
fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui
sejak tahun 1800-an.[2] Pada
awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont,
seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan
untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari
waktu ke waktu.[2] Dari
penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena
pemberian air.[2]
Namun, pada tahun 1727, ahli
botani Inggris, Stephen Hales
berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia
mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya
yang terlibat dalam proses tertentu.[2] Pada
saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.[1]
Pada tahun 1771, Joseph Priestley,
seorang ahli kimia dan pendeta berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia
menutup sebuah lilin
menyala dengan sebuah toples
terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar.[3] Ia kemudian menemukan bila
ia meletakkan tikus dalam
toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan
itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam
toples itu dan menyebabkan matinya tikus.[3] Ia
kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat
“dipulihkan” oleh tumbuhan.[3]
Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat
tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.
b. Pigmen
Struktur
kloroplas:
1. membran
luar
2. ruang
antar membrane
3. membran
dalam (1+2+3: bagian amplop)
4. stroma
5. lumen
tilakoid (inside of thylakoid)
6. membran
tilakoid
7. granum
(kumpulan tilakoid)
8. tilakoid
(lamella)
9. pati
10. ribosom
11. DNA plastid
12. Plastoglobula
Proses
fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel,
tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen
fotosintetik.[6] Sel
yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses
fotosintesis.[6] Pada
percobaan Jan Ingenhousz,
dapat diketahui bahwa intensitas cahaya memengaruhi laju
fotosintesis pada tumbuhan.[5] Hal ini dapat terjadi
karena perbedaan energi yang
dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya.[5] Di
samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda
adalah kemampuan daun dalam
menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut.[5] Perbedaan kemampuan daun
dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis
pigmen yang terkandung pada jaringan daun.[5]
c.
Kloroplas
Hasil
mikroskop elektron dari kloroplas
Kloroplas terdapat
pada semua bagian tumbuhan yang
berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum
matang.[8] Di dalam
kloroplas terdapat pigmen klorofil yang
berperan dalam proses fotosintesis.[9] Kloroplas
mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma.[8] Stroma ini
dibungkus oleh dua lapisan membran.[8] Membran
stroma ini disebut tilakoid, yang
didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.[8] Di dalam stroma juga
terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan
granum).[8] Granum
sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi
terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di antara membran tilakoid.[8] Bila sebuah
granum disayat maka akan dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil
a, klorofil b, karetonoid, dan lipid.[10] Secara
keseluruhan, stroma berisi protein, enzim, DNA, RNA, gula
fosfat, ribosom, vitamin-vitamin,
dan juga ion-ion logam seperti
mangan (Mn), besi (Fe), maupun perak (Cu).[7] Pigmen
fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.[7] Sedangkan,
pengubahan energi cahaya
menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa glukosa yang
dibentuk di dalam stroma.
No comments:
Post a Comment